Pertama, makin
membuminya teknologi cloud computing(komputasi awan).
Tingkat kesadaran publik terhadapnya kian
meningkat, imbas masih mahalnya biaya konsep manajemen modal (capital
expenditure/capex).
Komputasi awan akan membuka mata dan pikiran,
terutama kalangan korporasi, bahwa konsep capex bukan saja menguras duit, namun
juga kurang relevan dengan spirit efisiensi yang diusung perangkat teknologi
informasi.
Pada tahun 2011 ini, konsep manajemen operational
expenditure/opex melalui teknologi bernama cloud computing akan
mulai difahami, ditelisik, sebelum akhirnya menyeruak di pelbagai sendi
kehidupan.
Dengan situasi seperti ini, penulis menilai
perusahaan skala kecil dan menengah-lah yang akan lebih agresif menerapkannya
dibandingkan skala besar. Sebab, secara nature, perusahan
kecil-menengah lebih ingin/terbiasa hemat.
Kalkulasi penulis menunjukkan penghematan biaya
bisa sampai 50 persen dari biasanya. Bahkan, semakin besar kebutuhan komputasi,
penghematan biaya TI yang diperoleh melalui penggunaannya akan semakin besar.
Perusahan kecil menengah semacam BPR atau toko,
lebih berminat pada teknologi yang bisa dikostumisasi dengan mudah, biaya
operasionalnya murah, dan tak ada investasi awal seperti ditawarkan teknologi
satu ini.
Mereka juga akan lebih agresif sebab pasarnya
keseluruhan lebih terbuka dari segmen lainnya. Dari sekitar 50 juta UKM di
Indonesia saat ini, sekitar 30 juta-35 juta di antaranya belum memanfaatkan
teknologi informasi.
Di sisi lain, fleksibilitas perusahan besar
sendiri relatif rendah sehingga sulit masuk metode baru dalam sistem eksisting
yang demikan mapan, rigid, dan kerap masuk kontrak pengadaan sekian tahun
lamanya.
Kendala lain bagi perusahaan besar adalah soal
privasi data —yang dalam konsep komputasi awam dipercayakan penuh ke pihak
ketiga. Metode software as a service justru memudarkan kerahasian
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar